Senin, 16 April 2012

Kota Sawahlunto


Kota Sawahlunto
Kota Wisata Tambang Yang berbudaya


Di blok ini saya ingin berbagi tentang betapa indah dan nyamannya kota yang saya tempati, kota ini begitu indah karena letak topografisnya yang berbukitan yang membuat kesan kota ini begitu tenang. Yang membuat Kota Sawahlunto menarik adalah kota ini memiliki berbagai ragam suku dan etnik, Minang, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Bagi yang belum pernah datang dan menyaksikan sendiri kota ini dijamin rugi deh....
Di Kota banyak sekali sejarah-sejarah peninggalan Belanda terutama pada pertambangan batu baranya. Lubang Tambang Mbah Soero, Museum Gudang Ransum, Museum Kereta Api, dan masih ada objek wisata lainnya, seperti Taman wisata danau Kandi dan  Waterboom.
Disini tujuan blog yang akan saya buat adalah untuk memperkenalkan beragam sejarah dan Wisata yang terdapat di Kota Sawahlunto ini. Yuk mari kita lihat dan semoga anda tertarik untuk datang ke Kota Sawahlunto ini..
 
Lubang Tambang Mbah Soero

Lubang Tambang Mbah Soero, adalah terowongan yang pada zaman dahulunya digunakan dalam kegiatan penambangan untuk mendapatkan batubara yang pada zaman itu merupakan salah satu material yang digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin-mesin uap.
Untuk keperluan wisata maka Pemerintah setempat telah merenovasi lokasi ini  menjadi tempat yang layak dikunjungi baik dari segi keamanan maupun kemudahan mencapai area dibawah tanah dengan membangun anak-anak tangga, tentu saja dengan mempertahankan segala  keasliannya.
Ini salah satu tempatnya. Lobang tambang batubara di kota Sawahlunto    yang dinamakan Lobang Mbah Soero. Ini adalah tambang batubara bawah tanah pertama    di Indonesia yang dibuka oleh Belanda dengan mempekerjakan para tahanan. Tepatnya    di tahun 1818.
Lobang ini dinamakan lobang Mbah Soero sesuai dengan nama seorang    Mandor (penjaga) Lobang yang terkenal sakti dan bernama Soerono. Lobang ini    sekarang sudah dibuka menjadi tempat wisata.
Di lobang tambang yang pengap dan lembab ini ribuan ’pembangkang-pembangkang’    pribumi yang disebut ’orang rante’, bekerja tanpa alas kaki ditambah    rantai yang tetap membelenggu tangan dan kaki.
Dulunya pintu masuk lobang ini nggak pake jenjang lho gan. Cuma    jalan yang cukup curam dan licin. (Duh... kebayang deh gimana menderitanya para    pendahulu kita bekerja paksa di lobang ini).
Kalo agan berkunjung ke lobang ini agan masih bisa liat lapisan    batubara qualitas premium di dinding gua. Batubara kualitas premium ini memiliki    kalori paling tinggi dan nilai jualnya juga tinggi gan.
Banyak cabang lorong di lubang ini, tapi ada satu lorong yang    sengaja ditutup rapat. Lorong itu adalah lorong khusus, karena konon di lorong    itu tak terhitung nyawa para pekerja paksa yang melayang. Lorong itu adalah    ruang eksekusi ’orang rante’.
Menurut juru kunci yang bertugas di sana lorong khusus ini ditutup    berdasarkan permintaan ’roh orang rante’ yang pernah mendatanginya    lewat mimpi. Ya sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada arwahnya. (Mereka    kan Pejuang-pejuang kita gan).
Tolong diinget ya gan, kalo di dalam Lobang ini nggak boleh    mengucapkan kata-kata kotor. Dan... perempuan yang lagi ’kedatangan’    juga dilarang masuk lobang ini. Gitu siih pesen dari juru kunci.
Tapi sebenernya nggak perlu takut masuk ke lubang ini, karena    pengunjungnya cukup ramai dan selalu ditemani guide yang siap menjelaskan sejarah    lubang dengan penuh semangat.
Lobang tambang yang memiliki banyak cabang ini, terbentang di    bawah pemukiman padat penduduk kota Sawahlunto yang pintu lorongnya sudah banyak    ditemukan di seluruh kota, salah satunya dibawah masjid Agung Nurul Islam.
Pintu lorong dibawah mesjid ini baru ditemukan pada tahun 2007,    secara tidak sengaja. Ceritanya lantai teras masjid yang biasanya kokoh, tiba-tiba    ambrol dan terlihatlah sebuah lorong yang tergenang air sedalam ½ meter.    Ketika lorong rahasia bawah mesjid ini ditelusuri ditemukanlah sejumlah senjata    berupa granat tangan dan beberapa peluru rudal disebuah ruangnya.
Tak jauh dari areal penambangan, ada pemukiman khusus bagi para    tahanan yaitu penjara atau dikenal dengan ’tangsi rante’.
Nih foto orang rante gan yang bekerja membuat lubang jalur kereta    menembus bukit barisan demi sampainya batubara ke Pelabuhan Teluk Bayur. Orang rante yang meninggal dunia dikuburkan di pemakaman khusus    dengan nisan batu tanpa nama. Hanya nomor tahanan yang terlihat sebagai petunjuk    di batu nisan.





GUDANG RANSUM

Sawahlunto, kota satelit yang berada tepat dijantung pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Sumatera Barat adalah saksi sejarah kemajuan Industri tempo doeloe. Kota nan unik. Unik dalam arti sosial, budaya, kultur bahkan pemerintahan.
Betapa tidak, secara social, budaya dan kultur karakter masyarakat di kota ini sangat multi etnik. Hal ini di topang oleh sangat beragamnya unsure budaya dan etnik baik Minang, Jawa, Batak, Tionghoa, dan lain sebagainya. Dari segi pemerintahan, di Kota ini juga sangat unik. Di Sawahlunto ini masih ada pemerintahan desa, nagari dan Kelurahan. Mungkin inilah satu-satunya kota di Sumatera Barat yang masih memiliki desa di daerahnya. Memang sangat unik.
Semua keunikan itu sebenarnya berawal dari sejarah hadirnya kota ini yang tidak terlepas dari ditemukannya batu bara dan hadirnya Kereta Api. Inilah yang menjadi cikal bakal menjadikan daerah yang dulunya hanya persawahan yang di kelilingi pebukitan berubah menjadi sebuah kota yang sangat maju di era abad 18 dan 19 an.
Hingga sekarang, saksi sejarah yang membuktikan hal ini hingga kini masih ada. Salah satunya Gudang Ransum.
Di Sawahlunto ada Museum Gudang Ransum. Di Musium ini didapati sejumlah koleksi berukuran raksasa. Museum ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pertambangan di Sawahlunto. Dulunya bekas dapur umum buat para pekerja pertambangan. Gudang Ransum didirikan tahun 1895. Di museum seluas 2.300 meter persegi mengoleksi berbagai peralatan yang dipakai memasak pada zaman dulu seperti tungku pembakaran yang tingginya 4 meter lebih, sejumlah periuk berdiameter 132 Cm dengan tinggi 62 Cm, kuali, rangsang, dan aneka peralatan dapur umum yang berukuran raksasa.
Di musem ini juga dipajang beberapa foto Orang Rantai dan kegiatan pertambangan yang membawa ingatan kita ke tempo doeloe. Gudang Ransum dulunya berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan pekerja Rantai (sebutan bagi tahanan Belanda yang dijadikan pekerja paksa). Mengingat para pekerja Rantai berjumlah ribuan dari berbagai daerah oleh sebab itu membutuhkan ransum (makanan) dalam jumlah besar dan cepat. Karena itu dipersiapkan Gudang Ransum dengan peralatan dapur serba besar.

Gudang Ransum terdiri dari beberapa bagian antar lain bagian dapur umum, gudang persediaan barang mentah, power strum atau tungku pembakaran, pabrik es batangan, penggilingan padi, dan rumah pemotongan hewan. Bahan bakar memasaknya dengan sistem uap. Di bawah ruang masak terdapat ruang bawah tanah dengan pipa cerobong yang mengalirkan uap panas untuk 20 tungku. Uap panas ini berasal dari air panas yang direbus di atas perbukitan yang dialirkan uapnya ke Gudang Ransum.
Setiap harinya Gudang Ransum menyediakan 65 pikul nasi untuk ribuan pekerja. Jatah makanan untuk Orang Rantai biasanya diantar ke lokasi tempat mereka bekerja. Koleksi Museum Gudang Ransum berjumlah 150 koleksi. Tidak termasuk koleksi foto-foto lama yang berjumlah 250 buah. Inilah, salah satu bukti sejarah keberadaan orang rantai tempo doeloe.







Museum Kereta Api

Pada tahun 1878 pemerintahan Hindia Belanda telah memutuskan memilih pembangunan jalur kereta sebagai alternatif terbaik untuk membawa batu bara ke luar dari Sawahlunto. Hal itu disebabkan karena pemerintah melihat keuntungan yang besar dari dari penambarangan batu bara karena permintaan pasar yang tinggi dan kualitas batu baranya yang bagus.
 Jalur kereta api yang akan dibangun itu terdiri dari dua alternatif, pertama melalui Subang Pass ( sekarang lebih dikenal dengan Sitinjau Laut ) terus ke Solok, Silungkang, Muaro Kalaban dan Sawahlunto. Kedua melalui Anai Pass ( Lembah Anai ), terus ke Padang Panjang, Danau Singkarak, Solok, Silungkang, Muaro Kalaban, dan Sawahlunto. Dari kedua alternatif itu, maka yang paling sedikit menelan biaya adalah yang melalui Anai Pass, meskipun jaraknya lebih jauh dari pada melalui Subang Pass.

Pembangunan jalur kereta api dari Padang - Sawahlunto di mulai pada tanggal 6 Juli 1887 dan selesai di bangun pada tanggal 1 Februari 1894.
Namun sejak menurunnya produksi batu bara sejak awal tahun 2000-an. Aktifitas pengangkutan batu bara dari Sawahlunto ke Padang dengan jalur kereta api terhenti total.
Mengingat kereta api dan tambang batu bara memiliki keterkaitan sejarah, maka pada tahun 2005 pemerintah Kota Sawahlunto bekerja sama dengan PT. Kereta Api Regional Divisi Sumatera Barat menjadikan Stasiun Kereta Api Sawahlunto sebagai Museum Kereta Api. Museum Kereta Api Sawahlunto merupakan Museum Kereta Api kedua di Indonesia setelah Museum Kereta Api Ambarawa di Jawa Tengah. Pada tanggal 17 Desember 2005 Museum Kereta Api Sawahlunto diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu, Bapak M. Yusuf Kalla.
 Museum Kereta Api / Stasiun Kereta Api Namun sejak di bawanya Mak Itam ( Loko Uap seri E 1060 buatan Jerman tahun 1965)dari Ambarawa, Museum Kereta Api ini juga berfungsi sebagai Stasiun Kereta Api, sebab Loko Uap ini kembali resmi beroperasi di Sawahlunto sejak tanggal 21 Februari 2009. Ditambah lagi adanya jadwal kereta api Diesel yang beroperasi secara reguler membawa penumpang setiap hari minggu dari Padang Panjang - Solok ke Sawahlunto, maka setiap penumpang sesampainya di Stasiun Kereta api Sawahlunto bisa melihat-lihat koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto.



Wisata Taman Satwa Danau Kandi
Danau Kandi merupakan objek wisata yang terletak di Talawi, Kota Sawahlunto. Danau ini terbentuk karena bekas aktifitas penambangan batubara. Panorama yang ditawarkan sungguh menggoreskan kenangan yang indah. Objek wisata ini tentu menarik untuk tujuan wisata Anda.

Sawahlunto memang merupakan kota tambang. Cadangan batubara di kota ini ditemukan pada pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve, dan sejak 1 Desember 1888 pemerintah kolonial Belanda mulai menanam uang untuk membangun berbagai fasilitas guna mengeruk batubara di wilayah ini.

Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari jadi Kota Sawahlunto. Sebuah kolam pemancingan di tepian Sungai Ombilin dengan latar barisan pohon nyiur memagari sawah hijau subur dan perbukitan hijau biru yang rimbun. Sebuah pemandangan alam yang begitu indah menakjubkan.
Taman satwa kandi diresmikan pada tanggal 1 desember 2006 oleh menteri kebudayaan dan pariwisata saat itu, yaitu Ir.Jero Wacik,SE. Sementara ini, taman satwa kandi menempati areal sekitar 5 ha. Berlokasi di bekas penambangan batubara yang luas keseluruhannya lebih kurang 400 ha.
Koleksi satwa yang ada di taman satwa kandi sekarang ini telah mencapai 108 ekor diantaranya seperti gajah sumatera, unta, beruang, kangguru dan lain-lain. Sementara keunggulannya, selain sebagai tempat berlibur yang nyaman untuk semua anggota keluarga, juga buat anak-anak sebagai sarana edukatif.

Anak-anak bisa mengenal secara langsung bermacam-macam jenis satwa langka, bahkan beberapa satwa yang telah jinak dan terlatih, dapat berinteraksi langsung dengan pengunjung. Pengunjung bisa menaiki satwa-satwa tersebut, sebagai contohnya gajah, unta, maupun kuda dengan harga yang relatif terjangkau. Salah satu ikon satwa langka yang ada di taman satwa ini adalah orang utan dan kucing emas.
Puas bercengkrama wisata satwa, sayapun beranjak ke sudut kiri taman satwa kandi ini. Disini terdapat bergam permainan sarana permainan seperti dayung angsa, bola bola air, banana boat, Pin Ball dan perahu naga. Karena ketertarikan dengan danau Tandikek, saya pun menyematkan diri untuk berkeliling danau tandikek dengan perahu naga