Kota Sawahlunto
Kota Wisata Tambang Yang berbudaya
Di blok ini saya ingin berbagi tentang betapa indah dan nyamannya kota yang saya tempati, kota ini begitu indah karena letak topografisnya yang berbukitan yang membuat kesan kota ini begitu tenang. Yang membuat Kota Sawahlunto menarik adalah kota ini memiliki berbagai ragam suku dan etnik, Minang, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Bagi yang belum pernah datang dan menyaksikan sendiri kota ini dijamin rugi deh....
Di Kota banyak sekali sejarah-sejarah peninggalan Belanda terutama pada pertambangan batu baranya. Lubang Tambang Mbah Soero, Museum Gudang Ransum, Museum Kereta Api, dan masih ada objek wisata lainnya, seperti Taman wisata danau Kandi dan Waterboom.
Disini tujuan blog yang akan saya buat adalah untuk memperkenalkan beragam sejarah dan Wisata yang terdapat di Kota Sawahlunto ini. Yuk mari kita lihat dan semoga anda tertarik untuk datang ke Kota Sawahlunto ini..
Lubang Tambang Mbah Soero
Lubang Tambang Mbah Soero, adalah terowongan yang
pada zaman dahulunya digunakan dalam kegiatan penambangan untuk mendapatkan
batubara yang pada zaman itu merupakan salah satu material yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk mesin-mesin uap.
Untuk keperluan wisata maka Pemerintah setempat
telah merenovasi lokasi ini menjadi tempat yang layak dikunjungi baik
dari segi keamanan maupun kemudahan mencapai area dibawah tanah dengan
membangun anak-anak tangga, tentu saja dengan mempertahankan segala
keasliannya.
Ini salah satu tempatnya. Lobang tambang batubara
di kota Sawahlunto yang dinamakan
Lobang Mbah Soero. Ini adalah tambang batubara bawah tanah pertama di Indonesia yang dibuka oleh Belanda
dengan mempekerjakan para tahanan. Tepatnya
di tahun 1818.
Lobang ini dinamakan lobang Mbah Soero sesuai
dengan nama seorang Mandor (penjaga)
Lobang yang terkenal sakti dan bernama Soerono. Lobang ini sekarang sudah dibuka menjadi tempat
wisata.
Di lobang tambang yang pengap dan lembab ini
ribuan ’pembangkang-pembangkang’
pribumi yang disebut ’orang rante’, bekerja tanpa alas kaki
ditambah rantai yang tetap membelenggu
tangan dan kaki.
Dulunya pintu masuk lobang ini nggak pake jenjang
lho gan. Cuma jalan yang cukup curam
dan licin. (Duh... kebayang deh gimana menderitanya para pendahulu kita bekerja paksa di lobang
ini).
Kalo agan berkunjung ke lobang ini agan masih
bisa liat lapisan batubara qualitas
premium di dinding gua. Batubara kualitas premium ini memiliki kalori paling tinggi dan nilai jualnya juga
tinggi gan.
Banyak cabang lorong di lubang ini, tapi ada satu
lorong yang sengaja ditutup rapat.
Lorong itu adalah lorong khusus, karena konon di lorong itu tak terhitung nyawa para pekerja paksa
yang melayang. Lorong itu adalah ruang
eksekusi ’orang rante’.
Menurut juru kunci yang bertugas di sana lorong
khusus ini ditutup berdasarkan
permintaan ’roh orang rante’ yang pernah mendatanginya lewat mimpi. Ya sekaligus sebagai bentuk
penghormatan kepada arwahnya. (Mereka
kan Pejuang-pejuang kita gan).
Tolong diinget ya gan, kalo di dalam Lobang ini
nggak boleh mengucapkan kata-kata
kotor. Dan... perempuan yang lagi ’kedatangan’ juga dilarang masuk lobang ini. Gitu siih
pesen dari juru kunci.
Tapi sebenernya nggak perlu takut masuk ke lubang
ini, karena pengunjungnya cukup ramai
dan selalu ditemani guide yang siap menjelaskan sejarah lubang dengan penuh semangat.
Lobang tambang yang memiliki banyak cabang ini,
terbentang di bawah pemukiman padat
penduduk kota Sawahlunto yang pintu lorongnya sudah banyak ditemukan di seluruh kota, salah satunya
dibawah masjid Agung Nurul Islam.
Pintu lorong dibawah mesjid ini baru ditemukan
pada tahun 2007, secara tidak sengaja.
Ceritanya lantai teras masjid yang biasanya kokoh, tiba-tiba ambrol dan terlihatlah sebuah lorong yang
tergenang air sedalam ½ meter. Ketika
lorong rahasia bawah mesjid ini ditelusuri ditemukanlah sejumlah senjata berupa granat tangan dan beberapa peluru
rudal disebuah ruangnya.
Tak jauh dari areal penambangan, ada pemukiman
khusus bagi para tahanan yaitu penjara
atau dikenal dengan ’tangsi rante’.
Nih foto orang rante gan yang bekerja membuat
lubang jalur kereta menembus bukit
barisan demi sampainya batubara ke Pelabuhan Teluk Bayur. Orang rante yang
meninggal dunia dikuburkan di pemakaman khusus dengan nisan batu tanpa nama. Hanya nomor
tahanan yang terlihat sebagai petunjuk
di batu nisan.
GUDANG RANSUM
Sawahlunto, kota
satelit yang berada tepat dijantung pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi
Sumatera Barat adalah saksi sejarah kemajuan Industri tempo doeloe. Kota nan
unik. Unik dalam arti sosial, budaya, kultur bahkan pemerintahan.
Betapa tidak, secara social, budaya
dan kultur karakter masyarakat di kota ini sangat multi etnik. Hal ini di
topang oleh sangat beragamnya unsure budaya dan etnik baik Minang, Jawa, Batak,
Tionghoa, dan lain sebagainya. Dari segi pemerintahan, di Kota ini juga sangat
unik. Di Sawahlunto ini masih ada pemerintahan desa, nagari dan Kelurahan.
Mungkin inilah satu-satunya kota di Sumatera Barat yang masih memiliki desa di
daerahnya. Memang sangat unik.
Semua keunikan itu sebenarnya
berawal dari sejarah hadirnya kota ini yang tidak terlepas dari ditemukannya
batu bara dan hadirnya Kereta Api. Inilah yang menjadi cikal bakal menjadikan
daerah yang dulunya hanya persawahan yang di kelilingi pebukitan berubah
menjadi sebuah kota yang sangat maju di era abad 18 dan 19 an.
Hingga sekarang, saksi sejarah yang
membuktikan hal ini hingga kini masih ada. Salah satunya Gudang Ransum.
Di Sawahlunto ada Museum Gudang
Ransum. Di Musium ini didapati sejumlah koleksi berukuran raksasa. Museum ini
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pertambangan di Sawahlunto.
Dulunya bekas dapur umum buat para pekerja pertambangan. Gudang Ransum
didirikan tahun 1895. Di museum seluas 2.300 meter persegi mengoleksi berbagai
peralatan yang dipakai memasak pada zaman dulu seperti tungku pembakaran yang
tingginya 4 meter lebih, sejumlah periuk berdiameter 132 Cm dengan tinggi 62
Cm, kuali, rangsang, dan aneka peralatan dapur umum yang berukuran raksasa.
Di musem ini juga dipajang beberapa
foto Orang Rantai dan kegiatan pertambangan yang membawa ingatan kita ke tempo
doeloe. Gudang Ransum dulunya berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan
pekerja Rantai (sebutan bagi tahanan Belanda yang dijadikan pekerja paksa).
Mengingat para pekerja Rantai berjumlah ribuan dari berbagai daerah oleh sebab
itu membutuhkan ransum (makanan) dalam jumlah besar dan cepat. Karena itu
dipersiapkan Gudang Ransum dengan peralatan dapur serba besar.
Gudang Ransum terdiri dari beberapa
bagian antar lain bagian dapur umum, gudang persediaan barang mentah, power
strum atau tungku pembakaran, pabrik es batangan, penggilingan padi, dan rumah
pemotongan hewan. Bahan bakar memasaknya dengan sistem uap. Di bawah ruang
masak terdapat ruang bawah tanah dengan pipa cerobong yang mengalirkan uap
panas untuk 20 tungku. Uap panas ini berasal dari air panas yang direbus di
atas perbukitan yang dialirkan uapnya ke Gudang Ransum.
Setiap harinya Gudang Ransum
menyediakan 65 pikul nasi untuk ribuan pekerja. Jatah makanan untuk Orang
Rantai biasanya diantar ke lokasi tempat mereka bekerja. Koleksi Museum Gudang
Ransum berjumlah 150 koleksi. Tidak termasuk koleksi foto-foto lama yang
berjumlah 250 buah. Inilah, salah satu bukti sejarah keberadaan orang rantai
tempo doeloe.
Museum Kereta Api
Pada tahun 1878 pemerintahan
Hindia Belanda telah memutuskan memilih pembangunan jalur kereta sebagai
alternatif terbaik untuk membawa batu bara ke luar dari Sawahlunto. Hal
itu disebabkan karena pemerintah melihat keuntungan yang besar dari dari
penambarangan batu bara karena permintaan pasar yang tinggi dan kualitas batu
baranya yang bagus.
Jalur kereta api yang akan dibangun itu
terdiri dari dua alternatif, pertama melalui Subang Pass ( sekarang lebih
dikenal dengan Sitinjau Laut ) terus ke Solok, Silungkang, Muaro Kalaban dan
Sawahlunto. Kedua melalui Anai Pass ( Lembah Anai ), terus ke Padang Panjang,
Danau Singkarak, Solok, Silungkang, Muaro Kalaban, dan Sawahlunto. Dari
kedua alternatif itu, maka yang paling sedikit menelan biaya adalah yang
melalui Anai Pass, meskipun jaraknya lebih jauh dari pada melalui Subang Pass.
Pembangunan jalur kereta api dari
Padang - Sawahlunto di mulai pada tanggal 6 Juli 1887 dan selesai di
bangun pada tanggal 1 Februari 1894.
Namun sejak menurunnya produksi
batu bara sejak awal tahun 2000-an. Aktifitas pengangkutan batu bara dari Sawahlunto
ke Padang dengan jalur kereta api terhenti total.
Mengingat kereta api dan tambang
batu bara memiliki keterkaitan sejarah, maka pada tahun 2005 pemerintah Kota
Sawahlunto bekerja sama dengan PT. Kereta Api Regional Divisi Sumatera Barat
menjadikan Stasiun Kereta Api Sawahlunto sebagai Museum Kereta Api. Museum
Kereta Api Sawahlunto merupakan Museum Kereta Api kedua di Indonesia setelah
Museum Kereta Api Ambarawa di Jawa Tengah. Pada tanggal 17 Desember 2005 Museum
Kereta Api Sawahlunto diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia saat
itu, Bapak M. Yusuf Kalla.
Museum
Kereta Api / Stasiun Kereta Api Namun sejak di bawanya Mak Itam ( Loko
Uap seri E 1060 buatan Jerman tahun 1965)dari Ambarawa, Museum Kereta Api
ini juga berfungsi sebagai Stasiun Kereta Api, sebab Loko Uap ini kembali
resmi beroperasi di Sawahlunto sejak tanggal 21 Februari 2009. Ditambah lagi
adanya jadwal kereta api Diesel yang beroperasi secara reguler membawa penumpang
setiap hari minggu dari Padang Panjang - Solok ke Sawahlunto, maka setiap
penumpang sesampainya di Stasiun Kereta api Sawahlunto bisa melihat-lihat
koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto.
Koleksi satwa yang ada di taman satwa kandi sekarang ini telah mencapai 108 ekor diantaranya seperti gajah sumatera, unta, beruang, kangguru dan lain-lain. Sementara keunggulannya, selain sebagai tempat berlibur yang nyaman untuk semua anggota keluarga, juga buat anak-anak sebagai sarana edukatif.
Anak-anak bisa mengenal secara langsung bermacam-macam jenis satwa langka, bahkan beberapa satwa yang telah jinak dan terlatih, dapat berinteraksi langsung dengan pengunjung. Pengunjung bisa menaiki satwa-satwa tersebut, sebagai contohnya gajah, unta, maupun kuda dengan harga yang relatif terjangkau. Salah satu ikon satwa langka yang ada di taman satwa ini adalah orang utan dan kucing emas.
Puas bercengkrama wisata satwa, sayapun beranjak ke sudut kiri taman satwa kandi ini. Disini terdapat bergam permainan sarana permainan seperti dayung angsa, bola bola air, banana boat, Pin Ball dan perahu naga. Karena ketertarikan dengan danau Tandikek, saya pun menyematkan diri untuk berkeliling danau tandikek dengan perahu naga
Wisata Taman Satwa Danau Kandi
Danau Kandi merupakan objek wisata yang terletak di Talawi, Kota
Sawahlunto. Danau ini terbentuk karena bekas aktifitas penambangan
batubara. Panorama yang ditawarkan sungguh menggoreskan kenangan yang
indah. Objek wisata ini tentu menarik untuk tujuan wisata Anda.
Sawahlunto memang merupakan kota tambang. Cadangan batubara di kota ini ditemukan pada pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve, dan sejak 1 Desember 1888 pemerintah kolonial Belanda mulai menanam uang untuk membangun berbagai fasilitas guna mengeruk batubara di wilayah ini.
Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari jadi Kota Sawahlunto. Sebuah kolam pemancingan di tepian Sungai Ombilin dengan latar barisan pohon nyiur memagari sawah hijau subur dan perbukitan hijau biru yang rimbun. Sebuah pemandangan alam yang begitu indah menakjubkan.
Taman satwa kandi diresmikan pada tanggal 1 desember 2006 oleh
menteri kebudayaan dan pariwisata saat itu, yaitu Ir.Jero Wacik,SE.
Sementara ini, taman satwa kandi menempati areal sekitar 5 ha. Berlokasi
di bekas penambangan batubara yang luas keseluruhannya lebih kurang 400
ha.Sawahlunto memang merupakan kota tambang. Cadangan batubara di kota ini ditemukan pada pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve, dan sejak 1 Desember 1888 pemerintah kolonial Belanda mulai menanam uang untuk membangun berbagai fasilitas guna mengeruk batubara di wilayah ini.
Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari jadi Kota Sawahlunto. Sebuah kolam pemancingan di tepian Sungai Ombilin dengan latar barisan pohon nyiur memagari sawah hijau subur dan perbukitan hijau biru yang rimbun. Sebuah pemandangan alam yang begitu indah menakjubkan.
Koleksi satwa yang ada di taman satwa kandi sekarang ini telah mencapai 108 ekor diantaranya seperti gajah sumatera, unta, beruang, kangguru dan lain-lain. Sementara keunggulannya, selain sebagai tempat berlibur yang nyaman untuk semua anggota keluarga, juga buat anak-anak sebagai sarana edukatif.
Anak-anak bisa mengenal secara langsung bermacam-macam jenis satwa langka, bahkan beberapa satwa yang telah jinak dan terlatih, dapat berinteraksi langsung dengan pengunjung. Pengunjung bisa menaiki satwa-satwa tersebut, sebagai contohnya gajah, unta, maupun kuda dengan harga yang relatif terjangkau. Salah satu ikon satwa langka yang ada di taman satwa ini adalah orang utan dan kucing emas.
Puas bercengkrama wisata satwa, sayapun beranjak ke sudut kiri taman satwa kandi ini. Disini terdapat bergam permainan sarana permainan seperti dayung angsa, bola bola air, banana boat, Pin Ball dan perahu naga. Karena ketertarikan dengan danau Tandikek, saya pun menyematkan diri untuk berkeliling danau tandikek dengan perahu naga